Minggu, 11 Maret 2012
Boru na ChiRaitZzz
Jadilah senyum kecil mu menjdi sumber
kebahagian bagi semua orang.
Bersukurlah Buat hari ini,buat setiap Hal yg bisa
kita rasakan .
Gbu.....
macam KB
MACAM-MACAM
ALAT KONTRASEPSI
Sebagai
seorang wanita/istri sebelum memutuskan memilih alat kontrasepsi yang akan
dipakai sebaiknya mengetahui macam-macam alat kontrasepsi beserta kelebihan dan
kekurangannya sebagai bahan pertimbangan yang tentunya tidak mengesampingkan
dari segi kenyamanan dan kesehatan pemakai.
Implan
Kelebihan:
- Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).
- Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah dilepas.
- Tidak memerluka pemeriksaan dalam.
- Bebas dari pengaruh estrogen.
- Tidak mengganggu hubungan seks.
- Tidak menggaggu ASI
- Hanya perlu pemeriksa ke tenaga kesehatan jika ada keluhan
- Dapat dilepas sesuai kebutuhan.
- Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).
- Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah dilepas.
- Tidak memerluka pemeriksaan dalam.
- Bebas dari pengaruh estrogen.
- Tidak mengganggu hubungan seks.
- Tidak menggaggu ASI
- Hanya perlu pemeriksa ke tenaga kesehatan jika ada keluhan
- Dapat dilepas sesuai kebutuhan.
Kekurangan:
- Akan timbul perasaan mual.
- Bisa terjadi peningkatan atau penurunan berat badan.
- Bisa menimbulkan sakit kepala.
- Perubahan perasaan atau kegelisahan.
- Membutuhkan tindak pembedahan kecil untuk insersi dan pencabutan.
- Akan timbul perasaan mual.
- Bisa terjadi peningkatan atau penurunan berat badan.
- Bisa menimbulkan sakit kepala.
- Perubahan perasaan atau kegelisahan.
- Membutuhkan tindak pembedahan kecil untuk insersi dan pencabutan.
Kontrasepsi Mantap
1. Tubektomi
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan secara permanen.
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan secara permanen.
Kelebihan:
- Sangat efektif dan permanen.
- Tindakan pembedahan yang aman dan sederhana.
- Tidak ada efek samping.
- Konseling mutlak diperlukan.
- Tidak mempengaruhi proses menyusui.
- Tidak mengganggu hubungan seks dan perubahan dalam fungsi seksual.
- Sangat efektif dan permanen.
- Tindakan pembedahan yang aman dan sederhana.
- Tidak ada efek samping.
- Konseling mutlak diperlukan.
- Tidak mempengaruhi proses menyusui.
- Tidak mengganggu hubungan seks dan perubahan dalam fungsi seksual.
Kekurangan:
- Harus dipertimbangkan dengan baik karena bersifat permanen (tidak dapat dipulihkan kembali) kecuali dengan operasi rekanalisasi.
- Dapat menyesal di kemudian hari saat ingin memiliki anak lagi.
- Rasa sakit atau tidak nyaman dalam jangka pendek setelah tindakan.
- Harus dilakukan dokter terlatih atau dokter spesialis.
- Harus dipertimbangkan dengan baik karena bersifat permanen (tidak dapat dipulihkan kembali) kecuali dengan operasi rekanalisasi.
- Dapat menyesal di kemudian hari saat ingin memiliki anak lagi.
- Rasa sakit atau tidak nyaman dalam jangka pendek setelah tindakan.
- Harus dilakukan dokter terlatih atau dokter spesialis.
2. Vasektomi
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi prida dengan jalan melakukan okusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi.
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi prida dengan jalan melakukan okusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi.
Kelebihan:
- Sangat efektif dan permanen.
- Tidak ada efek samping jangka panjang.
- Konseling dan persetujuan mutlak diperlukan.
- Sangat efektif dan permanen.
- Tidak ada efek samping jangka panjang.
- Konseling dan persetujuan mutlak diperlukan.
Kekurangan:
- Komplikasi dapat terjadi saat prosedur berlangsung atau beberapa saat tindakan, akibat reaksi anafilaksi yang disebabkan oleh penggunaan lidokain atau manipulasi berlebihan terhadapa anyaman pembuluh darah di sekitar vasa deferensia.
- Komplikasi dapat terjadi saat prosedur berlangsung atau beberapa saat tindakan, akibat reaksi anafilaksi yang disebabkan oleh penggunaan lidokain atau manipulasi berlebihan terhadapa anyaman pembuluh darah di sekitar vasa deferensia.
3. Kondom
Kelebihan:
- Efektif bila digunakan dengan benar.
- Murah dan dapat dibeli secara umum.
- Tidak perlu pemeriksaan khusuus.
- Efektif bila digunakan dengan benar.
- Murah dan dapat dibeli secara umum.
- Tidak perlu pemeriksaan khusuus.
Kekurangan:
- Efektifitas tidak terlalu tinggi.
- Penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi.
- Agak mengganggu hubungan seksual.
- Harus selalu tersedia.
- Efektifitas tidak terlalu tinggi.
- Penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi.
- Agak mengganggu hubungan seksual.
- Harus selalu tersedia.
4. Suntikan KB
Kelebihan:
- Mudah digunakan. Hanya sekali suntik setiap tiga bulan dan bisa kembali subur saat ingin dihentikan.
- Memberi perlindungan terhadap kanker rahim, kanker indung telur dan pembengkakan pinggul.
- Memperkecil kemungkinan kurang darah dan nyeri haid.
- Tidak mengganggu hubungan intim dengan pasangan.
- Bisa digunakan wanita yang sudah punya anak ataupun baru menikah.
- Untuk kunjungan ulang tidak perlu terlalu tepat waktu.
- Jika digunakan ibu menyusui enam minggu setelah melahirkan, tidak mempengaruhi ASI.
- Mudah digunakan. Hanya sekali suntik setiap tiga bulan dan bisa kembali subur saat ingin dihentikan.
- Memberi perlindungan terhadap kanker rahim, kanker indung telur dan pembengkakan pinggul.
- Memperkecil kemungkinan kurang darah dan nyeri haid.
- Tidak mengganggu hubungan intim dengan pasangan.
- Bisa digunakan wanita yang sudah punya anak ataupun baru menikah.
- Untuk kunjungan ulang tidak perlu terlalu tepat waktu.
- Jika digunakan ibu menyusui enam minggu setelah melahirkan, tidak mempengaruhi ASI.
Kekurangan:
- Awal pemakaian bisa terjadi bercak darah.
- Bisa menyebabkan kenaikan berat badan.
- Setelah setahun menggunakan dan berhenti haid belum teratur.
- Kesuburan lambat kembali, membutuhkan waktu empat bulan atau lebih.
- Awal pemakaian bisa terjadi bercak darah.
- Bisa menyebabkan kenaikan berat badan.
- Setelah setahun menggunakan dan berhenti haid belum teratur.
- Kesuburan lambat kembali, membutuhkan waktu empat bulan atau lebih.
5. Pil
Kelebihan:
- Sangat ampuh sebagai alat kontrasepsi apabila digunakan dengan benar dan tidak terputus.
- Tidak mengganggu hubungan intim dengan pasangan.
- Bisa digunakan wanita segala usia.
- Kesuburan segera kembali setelah dihentikan.
- Mengatur siklus haid.
- Sangat ampuh sebagai alat kontrasepsi apabila digunakan dengan benar dan tidak terputus.
- Tidak mengganggu hubungan intim dengan pasangan.
- Bisa digunakan wanita segala usia.
- Kesuburan segera kembali setelah dihentikan.
- Mengatur siklus haid.
Kekurangan:
- Pada tiga bulan pertama bisa merasakan mual.
- Pendarahan atau bercak darah, terutama jika lupa atau terlambat minum pil.
- Bisa merasakan sakit kepala ringan.
- Berat badan bisa naik.
- Biasanya haid akan terhenti.
- Walau sangat jarang, wanita yang memiliki darah tinggi atau berusia 35 tahun ke atas dan merokok, berisiko terserang stroke, serangan jantung atau penggumpalan darah dalam pembuluh.
- Pada tiga bulan pertama bisa merasakan mual.
- Pendarahan atau bercak darah, terutama jika lupa atau terlambat minum pil.
- Bisa merasakan sakit kepala ringan.
- Berat badan bisa naik.
- Biasanya haid akan terhenti.
- Walau sangat jarang, wanita yang memiliki darah tinggi atau berusia 35 tahun ke atas dan merokok, berisiko terserang stroke, serangan jantung atau penggumpalan darah dalam pembuluh.
6. IUD
Kelebihan:
- Pencegahan kehamilan yang ampuh untuk paling tidak 10 tahun.
- Tidak mengganggu hubungan seks dengan pasangan.
- Tidak terpengaruh obat-obatan.
- Bisa subur kembali setelah IUD dikeluarkan,
- Tidak mempengaruhi jumlah dan kualitas ASI.
- Dapat mencegah kehamilan di luar kandungan.
- Pencegahan kehamilan yang ampuh untuk paling tidak 10 tahun.
- Tidak mengganggu hubungan seks dengan pasangan.
- Tidak terpengaruh obat-obatan.
- Bisa subur kembali setelah IUD dikeluarkan,
- Tidak mempengaruhi jumlah dan kualitas ASI.
- Dapat mencegah kehamilan di luar kandungan.
Kekurangan:
- Terjadi perubahan siklus haid.
- Bisa merasakan pembengkakan di pinggul.
- Pemasangannya membutuhkan prosedur medis.
- Saat memasang dan mengeluarkan IUD, harus dilakukan tenaga kesehatan terlatih.
- Bisa keluar dari rahim tanpa diketahui, sehingga wanita yang memakai IUD harus rutin periksa ke tenaga kesehatan.
- Bisa merasakan nyeri setelah 3-5 hari pertama pemasangan.
- Saat haid, darah yang keluar cukup banyak sehingga bisa menyebabkan kurang darah.
- Terjadi perubahan siklus haid.
- Bisa merasakan pembengkakan di pinggul.
- Pemasangannya membutuhkan prosedur medis.
- Saat memasang dan mengeluarkan IUD, harus dilakukan tenaga kesehatan terlatih.
- Bisa keluar dari rahim tanpa diketahui, sehingga wanita yang memakai IUD harus rutin periksa ke tenaga kesehatan.
- Bisa merasakan nyeri setelah 3-5 hari pertama pemasangan.
- Saat haid, darah yang keluar cukup banyak sehingga bisa menyebabkan kurang darah.
Pengertian Kehamilan
Pengertian Kehamilan
a. Kehamilan adalah penyatuan sperma
dari laki-laki dan ovum dari perempuan.
(H.
Farrer, 1999 : 33)
b. Kehamilan adalah masa dimulai
dari kontrasepsi sampai janin lahir, lama hamil normal yaitu 280 hari atau 9
bulan 7 hari yang dihitung dari hari pertama haid terakhir.
(Sarwono,
1999)
c. Kehamilan adalah seorang wanita
mengandung sel telur yang telah dibuahi atau kehamilan oleh sperma.
(Zr.
Dra. Christina, 1996 : 63)
Etiologi Kehamilan
Suatu kehamilan akan terjadi bila terdapat 5 aspek berikut,
yaitu :
a.
Ovum
Ovum adalah suatu sel dengan diameter + 0,1 mm yang
terdiri dari suatu nukleus yang terapung-apung dalam vitelus dilingkari oleh
zona pellusida oleh kromosom radiata.
b.
Spermatozoa
Berbentuk seperti kecebong, terdiri dari kepala berbentuk
lonjong agak gepeng berisi inti, leher yang menghubungkan kepala dengan bagian
tengah dan ekor yang dapat bergerak sehingga sperma dapat bergerak cepat.
c.
Konsepsi
Konsepsi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sperma dan
ovum di tuba fallopii.
d.
Nidasi
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke
dalam endometrium.
e.
Plasentasi
Plasentasi adalah alat yang sangat penting bagi janin yang
berguna untuk pertukarann zat antara ibu dan anaknya dan sebaliknya.
Kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan :
a. Triwulan I antara 0-12 minggu.
b. Triwulan II antara 12-28 minggu.
c. Triwulan III antara 28-40 minggu.
(Mochtar, 1998 : 17)
Tanda-Tanda Kehamilan
a.
Tanda-tanda Tidak Pasti
1. Amenorea
HPHT penting diketahui, supaya dapat
menentukan usia kehamilan dan kapan perkiraan persalinan.
2. Nausea (enek) dan emesis (muntah)
Umumnya terjadi pada bulan-bulan
pertama kehamilan, sering terjadi pada pagi hari.
3. Sering buang air kecil
TMS I : karena kandung kencing
tertekan uterus yang mulai membesar.
TMS II dan III : karena janin mulai
masuk ke ruang panggul dan menekan kembali kandung kencing.
Pimentasi kulit
Terjadi karena pengaruh dari hormon
kortikosteroid plasenta yang merangsang melanosfor dan kulit.
Anoreksia (tidak nafsu makan)
Terjadi pada bulan-bulan pertama
kehamilan, tapi setelah itu nafsu makan akan timbul lagi.
Payudara menjadi tegang dan membesar
Disebabkan oleh pengaruh estrogen
dan progesteron yang merangsang duktuli dan alveoli di mammae glandula
montgomerry tampak lebih jelas.
Obstipasi
Terjadi karena tonus otot menurun
yang disebabkan oleh pengaruh hormon steroid.
Epulis
Suatu hipertrofi papilla ginggivae
sering terjadi pada TMS I.
Varises
Biasanya dijumpai pada daerah
genetalia eksterna, fossa poplilea, kaki dan betis.
Mengidam
b.
Tanda-tanda Mungkin
1. Tanda hegar
Uterus segmen bawah lebih lunak dari
pada bagian yang lain.
2. Tanda piskasek
Uterus membesar ke salah satu
jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan pembesaran perut.
3. Tanda chadwick
Perubahan warna pada servix dan
vagina menjadi kebiru-biruan.
4. Tanda braxton-hicks
Uterus mudah berkontraksi jika
dirangsang.
5. Suhu basal
Sesudah ovulasi tetap tinggi terus
antara 37,2oC s/d 37,8oC.
c.
Tanda-tanda Pasti
1. Terdengar DJJ (Mulai Uk 18-20
minggu).
2. Teraba bagian-bagian anak saat
dipalpasi.
3. Terasa pergerakan anak (mulai
terasa pada Uk 18-20 minggu).
4. Pemeriksaan USG.
Standart Minimal Asuhan Antenatal Care (7T), yaitu :
a. Timbang berat badan.
Peningkatan berat bada ibu hamil total 10-13 kg naik tiap minggu
½ kg.
b. Pengukuran tekanan darah.
c. Pemberian imunisasi TT.
d. Pengukuran TFU.
e. Pemberian tablet.
f. Test terhadap PMS.
g. Temu vwicara dalam rangka
persiapan rujukan.
Pengertian Persalinan
Persalinan
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah suatu proses saat janin dan produk
konsepsi dikeluarkan sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering dan
kuat (Barbara, 2009).
Persalinan adalah klimaks dari kehamilan dimana berbagai
sistem yang nampaknya tidak saling berhubungan bekerja dalam keharmonisan untuk
melahirkan bayi. (Manuaba, 2008).
Persalinan dan kelahiran adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam, tanpa komplikasi
baik ibu maupun janin. (Saifudin, 2001).
Persalinan normal WHO adalah persalinan
yang dimulai secara spontan beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap
demikian selama proses persalinan, bayi dilahirkan spontan dengan presentasi
belakang kepada pada usia kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap. Setelah
persalinan ibu dan bayi dalam keadaan baik.
Berdasarkan pengertian diatas maka
dapat disimpulkan bahwa persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam produk konsepsi dikeluarkan
sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat yang nampaknya
tidak saling berhubungan bekerja dalam keharmonisan untuk melahirkan bayi.
2. Bentuk-Bentuk Persalinan
a)
Persalinan
spontan
Proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu
sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya
berlangsung kurang dari 24 jam.
b)
Persalinan
Bantuan
Proses persalinan yang di bantu dengan
tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forsep atau dilakukan operasi seksio
caesaria.
c)
Persalinan
Anjuran
Pada umumnya persalinan terjadi bila
sudah besar untuk hidup di luar, tetapi sedemikian besarnya sehingga
menimbulkan kesulitan dalam persalinan, kadang-kadang persalinan tidak di mulai
dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian
pitocin atau prostaglandin.
3.
Tanda-Tanda
Persalinan
Tanda persalinan dikategorikan sebagai
tanda kemungkinan, tanda awal dan tanda positif. Kategori ini membantu
memutuskan kapan ibu benar-benar mengalami persalinan. Perhatikan bahwa tidak
semua tanda ini mungkin di alami dan bahwa tanda-tanda tersebut tidak harus
terjadi berurutan.
a)
Tanda
Kemungkinan Persalinan
Tanda kemungkinan persalinan adalah bisa atau tidak
menjadi awal dari persalinan, waktu akan menentukan.
1)
Sakit pinggang
Nyeri yang merasa, ringan, mengganggu
dapat hilang timbul dapat disebabkan oleh kontraksi dini.
2)
Kram pada perut
bagian bawah
Seperti kram menstruasi, dapat disertai
rasa nyaman di paha. Dapat terus menerus atau terputus.
3)
Tinja yang
lunak
Buang air beberapa kali dalam beberapa
jam, dapat disertai dengan kram perut atau gangguan pencernaan
4)
Desakan untuk
bebenah
Lonjakan energi yang mendadak
menyebabkan anda banyak melakukan aktivitas ekstra ini sebagai tanda bahwa
mempunyai kekuatan dan stamina untuk menjalani persalinan, cobalah menghindari
aktifitas yang melelahkan.
b)
Tanda Awal
Persalinan
1)
Kontraksi yang
tidak berkembang
Kontraksi cenderung mempunyai panjang
kekuatan dan frekuensi yang sama. Kontraksi pra persalinan ini dapat berlangsung
singkat atau terus menerus selama beberapa jam sebelum berhenti atau terus
menerus selama beberapa jam sebelum berhenti atau mulai berkembang.
Menyebabkan pelunakan dan penipisan
dari leher rahim, meskipun sebagian besar pembukaan belum terjadi sampai nanti
anda mengalami tanda positif.
2)
Keluar darah
Aliran lendir yang bernoda darah dari
vagina. Dikaitkan dengan penipisan dan pembukaan awal dari leher rahim, dapat
berlangsung beberapa hari sebelum tanda lain atau baru muncul setelah kontraksi
persalinan yang berkembang dimulai, berlanjut sepanjang persalinan.
3)
Rembesan cairan
ketuban dari vagina
Disebabkan oleh robekan kecil pada
membran (ROM). Kadang-kadang bila membran timbul selama berjam-jam atau
berhari-hari.
4. Tanda Positif Persalinan
a.
Kontraksi yang
berkembang
Menjadi lebih lama, lebih kuat, dan
atau lebih dekat jaraknya bersama dengan jalannya waktu, biasa disebut
“sakit” atau “sangat kuat” dan terasa didaerah perut pinggang atau keduanya.
Leher rahim yang melebar ini, tidak
berkurang oleh aktifitas yang dilakukan oleh calon ibu dan tidak mereda karena
perubahan aktifitas, gunakan catatan persalinan awal untuk menentukan pola
kontraksi.
b.
Aliran cairan
ketuban yang deras dari vagina
Disebabkan oleh robekan membran yang
besar (ROM). Sering disertai atau segera diikuti dengan kontraksi yang
berkembang. Tanda ini tidak dirasa oleh calon ini, tetapi dapat dilihat pada
pemeriksaan vagina.
5. Fakor- Faktor Yang Penting Dalam
Persalinan
a.
Power
(tenaga/kekuatan)
b. HIS (kontraksi
otot rahim), kontraksi otot dinding perut, kontraksi diagfragma pelvis atau
kekuatan mengejan, ketegangan ligamentum rotundum.
c.
Pasanger
(Janin)
d. Janin dan
placenta
e.
Passage (Jalan
lahir)
f.
Jalan lahir
yang lunak (otot-otot, jaringan-jaringan, dan ligament-ligament) dan jalan
lahir tulang. (Manuaba, 2008).
- Proses Persalinan (Barbara, 2005)
a.
Kala I
persalinan (kala pembukaan)
Partus dimulai dengan kontraksi yang
teratur, yang menyebabkan dilatasi dan penipisan servic yang progresif, kala
satu yang berakhir bila servik menipis dan dilatasi lengkap kala satu terdiri
dari fase laten, aktif dan transisi.
Proses pembukaan serviks sebagai akibat his dibagi dalam
tiga fase:
1) Fase laten
Fase ini mulai dengan kontraksi yang
teratur dan penipisan serta dilatasi serviks 3 cm sampai 4 cm. Fase ini
berlangsung rata-rata 6,4 jam untuk nulipara dan 4,8 jam untuk multipara.
Kontraksi meningkat menjadi lebih kuat dan lebih sering.
2) Fase aktif
Dilatasi berlanjut dari 3-4 cm menjadi
7 cm. Kontraksi menjadi lebih kuat, lebih sering, lebih lama, dan lebih sakit.
3) Fase transisi
Puncak dari kala satu adalah fase
transisi saat serviks berdilatasi dari 8 sampai 10 cm intensitas, frekuensi dan
lamanya kontraksi memuncak, dan ada keinginan untuk mengejan yang tidak dapat
tertahan.
b.
Kala II
persalinan (kala pengeluaran)
Kala dua dimulai dari dilatasi lengkap
serviks dan berakhir dengan kelahiran bayi. Durasi dapat berbeda antara
primipara dengan multipara, tetapi kala ini seharusnya selesai 1 jam setelah
dilatasi lengkap.
Kontraksi kuat dengan interval 2 sampai
3 menit, dengan durasi 50 sampai 90 detik.
Bayi baru lahir keluar dari jalan lahir
dengan bantuan gerakan-gerakan atau mekanisme utama persalinan berikut ini:
1)
Turun
2)
Fleksi
3)
Rotasi internal
4)
Pengeluaran
5)
“crowning”
terjadi pada saat kepala bayi tampak pada lubang vagina.
6)
Episiotomi
(insisi bedah pada perineum) bisa dilakukan untuk mempermudah kelahiran dan
menghindari laserisasi pada perineum.
c.
Kala III (kala
placenta)
Kala ini di mulai dengan kelahiran bayi
dan berakhir dengan kelahiran placenta, kala tiga terjadi dalam dua fase
pelepasan placenta dan pengeluaran placenta.
Tanda pelepasan plasenta meliputi
uterus menjadi globuler, fundus naik ke abdomen, tali pusat memanjang dan
peningkatan perdarahan (mengalir pelan atau mengalir deras).
Pada umumnya, obat-obatan oksitosin
diberikan untuk membantu kontraksi uterus.
d.
Kala IV (pemulihan
dan hubungan interaksi)
Kala ini berlangsung dari 1 sampai 4
jam kelahiran. Ibu dan bayi pulih dari proses fisik kelahiran. Organ-organ ibu
mengalami penyesuaian awal kembali keadaan sebelum hamil.
Sistem tubuh bayi baru lahir mulai
menyesuaikan diri dengan kehidupan ekstra uterin dan menjadi stabil.
Uterus berkontraksi di garis tengah
abdomen dengan pertengahan fundus di antara umbilicus dan simfisis pubis.
e.
Partograf
Adalah alat bantu yang digunakan selama
fase aktif persalinan untuk mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan
serta mendeteksi apakah persalinan untuk persalinan berjalan secara normal
sehingga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan yang terjadi
dan selanjutnya dapat diambil keputusan klinik (Saefuddin, 2002)
Untuk menggunakan partograf
dengan benar, petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut :
1) Denyut jantung
janin, dicatat setiap setengah jam per 30 menit.
2) Air ketuban,
catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan vagina
a)U, Selaput
utuh
b)
J, Selaput
pecah, air ketuban jernih
c)M, Air
ketuban bercampur mekonum
d)
D, Air ketuban
bernoda darah.
3)
Perubahan
bentuk kepala janin (molding atau molase)
a)O, Sutura
terpisah
b)
1, Sutura
(pertemuan dua tengkorak) yang tepat atau bersesuaian
c)2, Sutura
tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki
d)
3, Sutura
tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki
4)
Pembukaan mulut
rahim (serviks) di nilai pada setiap pemeriksaan pervagina dan diberi tanda
silang (X)
5)
Penurunan,
mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba (pada pemeriksaan
abdomen/luar) diatas simpisis pubis, catat dengan tanda lingkaran (o) pada
setiap pemeriksaan dalam pada posisi 0/5, sinsiput (S) atau paruh atas kepala
berada di simpisis pubis.
6)
Waktu,
menyatakan berapa jam waktu yang telah di jalani sesudah di terima.
7)
Jam, catat jam
sesungguhnya.
8)
Kontraksi,
catat setiap setengah jam, lakukan palpasi untuk menghitung banyaknya kontraksi
dalam 10 menit dan lamanya masing-masing kontraksi dalam hitungan detik.
7.
Teori
Persalinan
Beberapa teori yang memungkinkan terjadinya persalinan
(Sumarah dkk, 2008:3-4).
a.
Teori
Keregangan
Otot rahim
mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati batas
tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai. Keadaan uterus
yang teres membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus.
b. Teori Penurunan
Progesteron
Proses penuaan plasenta terjadi mulai
umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh
darah mengalami penyempitan dan buntu.
c.
Teori Oksitosin
Internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise parst posterior. Perubahan
keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensivitas otot rahim,
sehingga terjadi kontraksi brakston hiks.
d. Teori
Protaglandin
Konsetrasi prostaglandin meningkat
sejak umur kehamilan 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian
prostaglandin pada saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga
terjadi persalinan.
e.
Teori
Hipotalamus-Pituitari Dan Gandula Supranalis
Teori ini menunjukkan pada kehamilan
anensefalus sering terjadi keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk
hipotalamus.
f.
Teori
Berkurangnya Nutrisi
Berkurangnya nutrisi pada janin
dikemukakan oleh Hippokrates untuk pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin
berkurang makan hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.
g. Faktor Lain
Tekanan ganglion servikale dari pleksus frankenhauser yang
terletak dibelakang serviks. Bila ganglion ini ditekan, maka kontraksi uterus
dapat dibandingkan.
B . Retensio Plasenta
1. Pengertian Retensio Plasenta
Istilah retensio plasenta dipergunakan jika
plasenta belum lahir ½ jam sesudah anak lahir. (Sastrawinata, 2008:174)
Pengertian tersebut juga dikuatkan oleh
Winkjosastro (2006:656) yang menyebutkan retensio plasenta adalah apabila
plasenta belum lahir setangah jam setelah janin lahir.
Retensio plasenta adalah belum
lepasnya plasenta dengan melebihi waktu setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti
perdarahan yang banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas
sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera. Bila retensio plasenta
tidak diikuti perdarahan maka perlu diperhatikan ada kemungkinan terjadi
plasenta adhesive, plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta.
(Manuaba (2006:176).
Plasenta inkarserata artinya plasenta
telah lepas tetapi tertinggal dalam uterus karena terjadi kontraksi di bagian
bawah uterus atau uteri sehingga plasenta tertahan di dalam uterus. (Manuaba
(2006:176).
Berdasarkan pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa retensio plasenta ialah plasenta yang belum lahir dalam
setengah jam setelah janin lahir, keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang
banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan
tindakan plasenta manual dengan segera.
Plasenta yang belum lahir dan masih
melekat di dinding rahim oleh karena kontraksi rahim kurang kuat untuk
melepaskan plasenta disebut plasenta adhesiva. Plasenta yang belum lahir dan
masih melekat di dinding rahim oleh karena villi korialisnya menembus desidua
sampai miometrium disebut plasenta akreta. Plasenta yang sudah lepas dari
dinding rahim tetapi belum lahir karena terhalang oleh lingkaran konstriksi di
bagian bawah rahim disebut plasenta inkarserata.
Perdarahan
hanya terjadi pada plasenta yang sebagian atau seluruhnya telah lepas dari
dinding rahim. Banyak atau sedikitnya perdarahan tergantung luasnya bagian
plasenta yang telah lepas dan dapat timbul perdarahan. Melalui periksa dalam
atau tarikan pada tali pusat dapat diketahui apakah plasenta sudah lepas atau
belum dan bila lebih dari 30 menit maka kita dapat melakukan plasenta manual. (Sulisetiya.blogspot.com/2010/03).
Retensio plasenta (Placental Retention) merupakan plasenta yang belum lahir dalam
setengah jam setelah janin lahir. Sedangkan sisa plasenta (rest placenta)
merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam rongga rahim yang dapat
menimbulkan perdarahan postpartum dini (Early
Postpartum Hemorrhage) atau perdarahan post partum lambat (Late Postpartum Hemorrhage) yang
biasanya terjadi dalam 6-10 hari pasca persalinan. (http:/ratihrochmat.wordpress.com/2009/05/22).
2. Penyebab Retensio Plasenta
Penyebab Retentio Plasenta menurut Sastrawinata (2006:174)
adalah:
a.
Fungsional:
1)
His kurang kuat
(penyebab terpenting)
2)
Plasenta sukar
terlepas karena tempatnya (insersi di sudut tuba); bentuknya (plasenta
membranasea, plasenta anularis); dan ukurannya (plasenta yang sangat kecil).
Plasenta yang sukar lepas karena penyebab di atas disebut
plasenta adhesive.
b. Patologi –
anatomi:
1)
Plasenta akreta
2)
Plasenta
inkreta
3)
Plasenta
perkreta
Sebab-sebabnya plasenta belum lahir bisa oleh karena:
a)
Plasenta belum
lepas dari dinding uterus;
b)
Plasenta sudah
lepas, akan tetapi belum dilahirkan.
Apabila plasenta belum lahir sama sekali, tidak terjadi
perdarahan; jika lepas sebagian, terjadi perdarahan yang merupakan indikasi
untuk mengeluarkannya.
Plasenta belum lepas dari dinding
uterus karena:
kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva); plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua sampai miometrium- sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta).
kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva); plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua sampai miometrium- sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta).
Plasenta yang sudah lepas dari dinding
uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk
melahirkan atau karena salah penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran
konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta
(inkarserasio plasenta). (http://ratihrochmat.wordpress.com/2009/05/22).
Menurut Manuaba (2006:301) kejadian
retensio plasenta berkaitan dengan:
a)
Grandemultipara
dengan implantasi plasenta dalam bentuk plasenta adhesive, plasenta akreta,
plasenta inkreta, dan plasenta perkreta.
b)
Mengganggu
kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan.
c)
Retensio
plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan:
-
Darah penderita
terlalu banyak hilang
-
Keseimbangan
baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan tidak terjadi
-
Kemungkinan
implantasi plasenta terlalu dalam
Plasenta manual dengan segera
dilakukan:
-
Terdapat
riwayat perdarahan postpartum berulang
-
Terjadi
perdarahan postpartum berulang
-
Pada
pertolongan persalinan dengan narkosa
-
Plasenta belum
lahir setelah menunggu selama setengah jam
3.
Anatomi
Plasenta berbentuk bundar atau hampir
bundar dengan diameter 15 sampai 20 cm dan tebal lebih kurang 2.5 cm. Beratnya
rata-rata 500 gram. Tali-pusat berhubungan dengan plasenta biasanya di tengah
(insertio sentralis).
Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada
kehamilan lebih kurang 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh
kavum uteri. Bila diteliti benar, maka plasenta sebenarnya berasal dari
sebagian besar dari bagian janin, yaitu vili koriales yang berasal dari korion,
dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis.
Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries yang berada di desidua basalis. Pada sistole darah disemprotkan dengan tekanan 70-80 mmHg seperti air mancur ke dalam ruang interviller sampai mencapai chorionic plate, pangkal dari kotiledon-kotiledon janin. Darah tersebut membasahi semua vili koriales dan kembali perlahan-lahan dengan tekanan 8 mmHg ke vena-vena di desidua.
Plasenta berfungsi: sebagai alat yang memberi makanan pada janin, mengeluarkan sisa metabolisme janin, memberi zat asam dan mengeluarkan CO2, membentuk hormon, serta penyalur berbagai antibodi ke janin.
Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries yang berada di desidua basalis. Pada sistole darah disemprotkan dengan tekanan 70-80 mmHg seperti air mancur ke dalam ruang interviller sampai mencapai chorionic plate, pangkal dari kotiledon-kotiledon janin. Darah tersebut membasahi semua vili koriales dan kembali perlahan-lahan dengan tekanan 8 mmHg ke vena-vena di desidua.
Plasenta berfungsi: sebagai alat yang memberi makanan pada janin, mengeluarkan sisa metabolisme janin, memberi zat asam dan mengeluarkan CO2, membentuk hormon, serta penyalur berbagai antibodi ke janin.
4.
Jenis Dari
Retensio Plasenta
Jenis dari retensio plasenta adalah
tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit
setelah bayi lahir (Prawirohardjo, 2002)
Jenis retensio plasenta :
a)
Plasenta
adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga
menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
b)
Plasenta akreta
adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan
miomentrium.
c)
Plasenta
inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai/memasuki
miomentrium.
d)
Plasenta
perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang
menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
e)
Plasenta
inkaserata adalah tertahannya plasenta didalam kavum uteri, disebabkan oleh
konstriksi ostium uteri.
5.
Etiologi Dan
Patogenesis
Setelah bayi dilahirkan, uterus secara
spontan berkontraksi. Kontraksi dan retraksi otot-otot uterus menyelesaikan
proses ini pada akhir persalinan. Sesudah berkontraksi, sel miometrium tidak
relaksasi, melainkan menjadi lebih pendek dan lebih tebal. Dengan kontraksi
yang berlangsung kontinyu, miometrium menebal secara progresif, dan kavum uteri
mengecil sehingga ukuran juga mengecil. Pengecilan mendadak uterus ini disertai
mengecilnya daerah tempat perlekatan plasenta.
Ketika jaringan penyokong plasenta
berkontraksi maka plasenta yang tidak dapat berkontraksi mulai terlepas dari
dinding uterus. Tegangan yang ditimbulkannya menyebabkan lapis dan desidua
spongiosa yang longgar memberi jalan, dan pelepasan plasenta terjadi di tempat
itu. Pembuluh darah yang terdapat di uterus berada di antara serat-serat otot
miometrium yang saling bersilangan. Kontraksi serat-serat otot ini menekan
pembuluh darah dan retaksi otot ini mengakibatkan pembuluh darah terjepit serta
perdarahan berhenti.
Pengamatan terhadap persalinan kala
tiga dengan menggunakan pencitraan ultrasonografi secara dinamis telah membuka
perspektif baru tentang mekanisme kala tiga persalinan. Kala tiga yang normal
dapat dibagi ke dalam 4 fase, yaitu:
1)
Fase laten,
ditandai oleh menebalnya dinding uterus yang bebas tempat plasenta, namun
dinding uterus tempat plasenta melekat masih tipis.
2)
Fase kontraksi,
ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat plasenta melekat (dari ketebalan
kurang dari 1 cm menjadi > 2 cm).
3)
Fase pelepasan
plasenta, fase dimana plasenta menyempurnakan pemisahannya dari dinding uterus
dan lepas. Tidak ada hematom yang terbentuk antara dinding uterus dengan
plasenta. Terpisahnya plasenta disebabkan oleh kekuatan antara plasenta yang
pasif dengan otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya plasenta, yang
mengurangi permukaan tempat melekatnya plasenta. Akibatnya sobek di lapisan
spongiosa.
4)
Fase
pengeluaran, dimana plasenta bergerak meluncur. Saat plasenta bergerak turun,
daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah kecil darah terkumpul di
dalam rongga rahim. Ini menunjukkan bahwa perdarahan selama pemisahan plasenta
lebih merupakan akibat, bukan sebab. Lama kala tiga pada persalinan normal
ditentukan oleh lamanya fase kontraksi. Dengan menggunakan ultrasonografi pada
kala tiga, 89% plasenta lepas dalam waktu satu menit dari tempat implantasinya.
Tanda-tanda lepasnya plasenta adalah sering ada semburan darah yang mendadak,
uterus menjadi globuler dan konsistensinya semakin padat, uterus meninggi ke
arah abdomen karena plasenta yang telah berjalan turun masuk ke vagina, serta
tali pusat yang keluar lebih panjang. Sesudah plasenta terpisah dari tempat
melekatnya maka tekanan yang diberikan oleh dinding uterus menyebabkan plasenta
meluncur ke arah bagian bawah rahim atau atas vagina. Kadang-kadang, plasenta
dapat keluar dari lokasi ini oleh adanya tekanan inter-abdominal. Namun, wanita
yang berbaring dalam posisi terlentang sering tidak dapat mengeluarkan plasenta
secara spontan. Umumnya, dibutuhkan tindakan artifisial untuk menyempurnakan
persalinan kala IV. Metode yang biasa dikerjakan adalah dengan menekan secara
bersamaan dengan tarikan ringan pada tali pusat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pelepasan plasenta:
Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks; kelemahan dan tidak efektifnya kontraksi uterus, kontraksi yang kuat dari uterus, serta pembentukan constriction ring. Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta letak rendah atau plasenta previa dan adanya plasenta akreta. Kesalahan manajemen kala tiga persalinan, seperti manipulasi dari uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik, pemberian uterotonik yang tidak tepat waktunya yang juga dapat menyebabkan serviks kontraksi dan menahan plasenta; serta pemberian anestesi terutama yang melemahkan kontraksi uterus.
Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks; kelemahan dan tidak efektifnya kontraksi uterus, kontraksi yang kuat dari uterus, serta pembentukan constriction ring. Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta letak rendah atau plasenta previa dan adanya plasenta akreta. Kesalahan manajemen kala tiga persalinan, seperti manipulasi dari uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik, pemberian uterotonik yang tidak tepat waktunya yang juga dapat menyebabkan serviks kontraksi dan menahan plasenta; serta pemberian anestesi terutama yang melemahkan kontraksi uterus.
6.
Gejala Klinis
a.
Anamnesis, meliputi
pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi mengenai episode
perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta riwayat multipel fetus dan
polihidramnion. Serta riwayat pospartum sekarang dimana plasenta tidak lepas
secara spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan.
b.
Pada
pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis
tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus.
7.
Pemeriksaan
Penunjang
a)
Hitung darah
lengkap: untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Hct), melihat
adanya trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada keadaan yang disertai
dengan infeksi, leukosit biasanya meningkat.
b)
Menentukan
adanya gangguan koagulasi dengan hitung Protrombin
Time (PT) dan Activated Partial
Tromboplastin Time (APTT) atau yang sederhana dengan Clotting Time (CT) atau Bleeding
Time (BT). Ini penting untuk menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh
faktor lain.
8.
Diagnosa
Banding
Meliputi plasenta akreta, suatu
plasenta abnormal yang melekat pada miometrium tanpa garis pembelahan
fisiologis melalui garis spons desidua.
9.
Penatalaksanaan
Penanganan retensio plasenta atau
sebagian plasenta adalah:
a.
Resusitasi.
Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan kateter yang berdiameter
besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida isotonik atau larutan
ringer laktat yang hangat, apabila memungkinkan). Monitor jantung, nadi,
tekanan darah dan saturasi oksigen. Transfusi darah apabila diperlukan yang
dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah.
b.
Drips oksitosin (oxytocin
drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer
laktat atau NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi.
c.
Plasenta coba
dilahirkan dengan Brandt Andrews,
jika berhasil lanjutkan dengan drips oksitosin untuk mempertahankan uterus.
d.
Jika plasenta
tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta. Indikasi manual plasenta
adalah: Perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc, retensio
plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit
seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk
eksplorasi jalan lahir, tali pusat putus.
e.
Jika tindakan
manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat dikeluarkan dengan tang
(cunam) abortus dilanjutkan kuretage sisa plasenta. Pada umumnya pengeluaran
sisa plasenta dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah
sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan
kuretase pada abortus.
f.
Setelah selesai
tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemberian obat
uterotonika melalui suntikan atau per oral.
g.
Pemberian
antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan infeksi
sekunder. (Sulisetiya.blogspot.com/2010/03).
10. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi meliputi:
a.
Komplikasi yang
berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan.
b. Multiple organ
failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan penurunan perfusi organ.
c.
Sepsis
d. Kebutuhan
terhadap histerektomi dan hilangnya potensi untuk memiliki anak selanjutnya.
- Terapi
Jika plasenta dalam ½ jam setelah anak
lahir belum memperlihatkan gejala-gejala perlepasan, dilakukan plasenta manual.
Telah dijelaskan bahwa jika ada perdarahan banyak, mungkin plasenta dilepaskan
secara manual lebih dahulu. Akan tetapi, dalam hal ini atas indikasi
perdarahan, bukan atas indikasi retensio plasenta.
Teknik pelepasan plasenta secara manual adalah vulva didesinfeksi begitu pula
tangan dan lengan bawah si penolong.
Setelah tangan memakai sarung tangan,
labia dibuka dan tangan kanan masuk secara obstetrik ke dalam vagina. Tangan
luar menahan fundus uteri. Tangan dalam sekarang menyusuri tali pusat, yang
sedapat-dapatnya diregangkan oleh asisten. Setelah tangan dalam sampai ke
plasenta, tangan pergi ke pinggir plasenta dan sedapat-dapatnya mencari
pinggir yang sudah terlepas. Kemudian dengan sisi tangan sebelah kelingking,
plasenta dilepaskan antara bagian plasenta yang sudah terlepas dan dinding
rahim dengan gerakan yang sejajar dinding rahim.
Setelah plasenta terlepas seluruhnya,
plasenta dipegang dan dengan perlahan-lahan ditarik keluar.
C.
Manajemen
Kebidanan Menurut Langkah Helen Varney
- Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses
pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran
dan tindakan berdasarkan terori ilmiah, temuan, keterampilan dalam
rangkaian/tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada
klien. (Salimah dkk, 2006:155).
Manajemen kebidanan adalah pendekatan
yang dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan
pendekatan metode pemecahan masalah. (Varney, 2008).
Manajemen kebidanan adalah bentuk
pendekatan yang digunakan bidan dalam memberikan alur pikir bidan, pemecahan
masalah atau pengambilan keputusan klinis. Asuhan yang dilakukan harus dicatat
secara benar, sederhana, jelas, logis sehingga perlu sesuatu metode
pendokumentasian. (Varney, 2008).
Manajemen kebidanan terdiri dari
beberapa langkah berturut-turut yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan
berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang
lengkap yang diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi semua langkah
tersebut dapat dipecah-pecah ke dalam tugas-tugas tertentu dan semuanya
bervariasi sesuai dengan kondisi klien. (Salimah dkk, 2006:155).
Berdasarkan pengertian tersebut maka
dapat disimpulkan, manajemen kebidanan adalah pendekatan yang dilakukan oleh
bidan dalam memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan pendekatan metode
pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran
dan tindakan berdasarkan terori ilmiah, temuan, keterampilan dalam
rangkaian/tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada
klien.
- Proses Manajemen Kebidanan
Menurut Varney proses manajeman
kebidanan terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Mengumpulkan
data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan
b.
Menginterprestasikan
data untuk mengidentifikasi diagnosis/masalah
c.
Mengidentifikasikan
diagnosis/masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya.
d.
Menetapkan
kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi, dengan tenaga
kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien.
e.
Menyusun
rencana asuhan secara menyeluruh dengan mengulang kembali manajemen proses
untuk aspek-aspek sosial yang tidak efektif.
f.
Pelaksanaan
langsung asuhan secara efisien dan aman
g.
Mengevaluasi
keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali manajemen proses
untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.
h.
Melihat
penjelasan diatas maka proses manajemen kebidanan merupakan langkah sistematis
yang merupakan pola pikir. Bidan dalam melaksanakan asuhan klien diharapkan
menggunakan pendekatan masalah yang sistematis dan rasional, sehingga seluruh
aktivitas/tindakan yang diberikan oleh bidan kepada klien akan efektif. Bidan
akan terhindar dari tindakan yang bersifat coba-coba yang akan berdampak kurang
baik untuk klien. Untuk kejelasan tentang uraian detail dari setiap langkah
yang dirumuskan oleh Varney. (Salimah dkk, 2006:156)
3. Tujuh Langkah Manajemen Kebidanan
Menurut Varney
a.
Langkah I
(Tahap Pengumpulan Data Dasar)
Pada langkah pertama ini dikumpulkan
semua informasi yang akurat dan lengkap dari sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien.
Untuk memperoleh data dilakukan dengan
cara:
1)
Anamnesa
a)
Biodata
b)
Riwayat
menstruasi
c)
Riwayat
kesehatan
d)
Riwayat
kehamilan, persalinan dan nifas
e)
Biopsikososial
spiritual
f)
Pengetahuan
klien
2)
Pemeriksaan
fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda tanda vital
3)
Pemeriksaan
khusus
a)
Inspeksi
b)
Palpasi
c)
Auskultasi
d)
Perkusi
4)
Pemeriksaan
penunjang
a)
Laboratorium
b)
Catatan terbaru
dan sebelumnya
b.
Langkah II
(Insterprestasi Data Dasar)
Pada langkah ini dilakukan identifikasi
terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas
data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang
spesifik. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita
yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga
sering menyertai diagnosis.
c.
Langkah III
(Identifikasi Diagnosis Atau Masalah Potensial)
Langkah III merupakan langkah ketika
bidan melakukan identifikasi diagnosis atau masalah potensial dan
mengantisipasi penanganannya.
Identifikasi diagnosis dilakukan,
meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi mengenai
episode perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta riwayat multipel fetus
dan polihidramnion. Serta riwayat post partum sekarang dimana plasenta tidak
lepas secara spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan.
Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta
tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis tetapi secara parsial atau lengkap
menempel di dalam uterus.
d.
Langkah IV
(Penetapan Kebutuhan Tindakan Segera)
Pada langkah ini bidan menetapkan
kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan kontribusi, kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien. Pada langkah ini,
mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai dengan kondisi klien.
Langkah 4 mencerminkan kesinambungan
dari proses manajemen kebidanan. Jadi, manajemen bukan hanya selama wanita
tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam
persalinan.
e.
Langkah V
(Penyusunan Rencana Asuhan Menyeluruh)
Pada langkah ini direncanakan asuhan
yang menyeluruh yang ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah
ini merupakan kelanjutan manajeman terhadap masalah atau diagnosis yang telah
diidentifikasi dan diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak
lengkap dapat dilengkapi.
f.
Langkah VI
(Pelaksanaan Asuhan)
Pada langkah ini dilakukan pelaksanaan
asuhan langsung secara efisien dan aman. Pada langkah ke-6 ini, rencana asuhan
menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah 5 dilaksanakan secara
efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruh oleh bidan atau
sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak
melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaanya.
g.
Langkah VII
(Mengevaluasi)
Pada langkah
ini, dilakukan keefktifan asuhan yang sudah diberikan. Hal ini yang dievaluasi
meliputi apakah kebutuhan telah terpenuhi dan mengatasi masalah yang telah
diidentifikasi.
Evalusi dilakukan dengan pemantauan pasca tindakan
1) Periksa kembali tanda vital ibu
2) Catat kondisi ibu dan buat laporan
tindakan
3) Tuliskan rencana pengobatan,
tindakan yang masih diperlukan dan asuhan lanjutan
4) Beritahu pada ibu dan keluarga bahwa
tindakan telah selesai
5)
Lanjutkan pemantauan ibu hingga 2
jam pasca persalinan.
Langganan:
Postingan (Atom)